- Komunitas #KAHE (Sastra Nian Tana)
- Membangkitkan Kembali Sastra dalam Keseharian Hidup
- Masa Muda adalah Masa Kreatif untuk Membawa Perubahan
Pada
mulanya adalah gagasan. Gagasan itu ada dan berkeliaran dalam benak dan hati
hampir semua orang muda itu. Yah, gagasan tentang terbentuknya sebuah wadah,
tepatnya sebuah komunitas yang memberi penekanan pada sastra. Mengapa sastra?
Jawabannya jelas, bahwa sastra telah ada sejak dahulu, kini, dan nanti sampai
kekal. Selain itu, bahwa sastra sebetulnya sangat dekat dengan keseharian hidup
setiap orang, dan bahwa sadar atau tidak, hampir setiap hari setiap orang bersastra.
Dan yang tak kalah peting ialah bahwa lama belakangan ini, sastra sepertinya
tidak punya tempat di tengah masyarakat.
Komunitas #KAHE (Sastra Nian Tana)
Terinspirasi
dari berdiri dan hidupnya komunitas-komunitas sastra yang berada di daerah lain,
beberapa orang muda Nian Tana Sikka mulai berkumpul, dan terkejut bahwa
sebetulnya gagasan-gagasana mereka sama. Sebagai tindak lanjutnya, pada pertengahan
Juni 2015, sebuah Grup Facebook bernama
‘Sastra Nian Tana’ dibuat. Promosi mulai gencar dilakukan, ajakan demi ajakan
untuk bergabung terus disuarakan, sehingga dari hari ke hari, anggota yang
bergabung semakin menanjak. Namun, kemudian disadari bahwa kendatipun teknologi
internet telah berkembang amat pesat, sebuah komunitas yang ideal tidak hanya tinggal
diam di dunia maya. Dan memang, sampai saat itu, para anggota yang tergabung
dalam ‘Sastra Nian Tana’ belum sekali pun bersua rupa, bertukar pikir, berbagi
tutur, juga merajut ide. Sebuah pertemuan atau kopdar (kopi daratan, artinya
berkumpul bersama) memang harus betul-betul digelar.
Adalah
Rizal, Valentino, dan Eka yang pada malam itu benar-benar bebas dari kesibukkan
dan berkesempatan untuk bersua. Di taman Patung Teka Iku, ketiga orang muda ini
mulai ‘menggila’, sampai-sampai beberapa pengunjung yang sama-sama berada di
taman itu merasa sedikit ‘terusik’. Bicara sana bicara sini, baca puisi satu
pindah puisi lain, tertawa ini tertawa itu, tibalah mereka pada sebuah
permenungan yang amat serius, yakni soal nama yang lebih cocok bagi, tepatnya
untuk melengkapi ‘Sastra Nian Tana’. Dari antara banyak ide, ‘Ringkik’ awalnya
cukup menarik. Ketiganya terbahak sendiri. Geli, lucu. Alasannya jelas,
pertemuan itu terjadi di bawah Patung Kuda dan Penunggangnya. Yah, kuda yang
me-‘Ringkik’, yang perkasa, yang gagah, berani. Namun, filosofi ‘Ringkik’ masih
amat kurang untuk mendasari sebuah komunitas yang insya Allah akan berkembang pesat nantinya. Untuk itu, mesti ada
satu nama yang punya arti mendalam, yang betul-betul berakar dari langit-bumi
Nian Tana Sikka, yang berdaya menjiwai, yang memiliki kekuatan yang mengikat.
Maka, sampailah mereka pada ‘Semacam Pekikan, Seruan, Kebesaran’ yang dalam
bahasa daerah disebut: KAHE..! Ketiganya terdiam sejenak. Ketiganya telah
menemukan roh, yah, roh yang menggelora dalam batin. Jadilah, ‘Sastra Nian
Tana’ pada waktu itu juga membaptis dirinya menjadi Komunitas #KAHE (Sastra
Nian Tana), yang resmi lahir malam itu, 24 Oktober 2015.  
Membangkitkan Kembali Sastra dalam Keseharian
Hidup
KAHE...!
ternyata betul-betul menginspirasi, tidak hanya enak dalam penyebutannya,
tetapi serentak membentangkan filosofi yang amat mendalam. Yah, dari rahim
Sikka dan oleh orang-orang muda yang terlanjur jatuh cinta pada Sikka dan sastra.
Sejak saat itu, kopdar demi kopdar mulai digiatkan. Cafe Sonia pun menjadi
semacam ‘ibu’ baru bagi geliat sastra yang semakin menjadi dalam Komunitas
#KAHE (Sastra Nian Tana). 
Sejauh
ini, sudah ada beberapa kegiatan kesusastraan yang dihidupi. Para anggota sudah
mulai dengan diskusi sastra, memilih tokoh atau sastrawan tertentu, seorang
anggota komunitas diminta menyiapkan profil atau tafsiran atau sejenisnya, lalu
dipresentasi dan didiskusikan. Joko Pinurbo menjadi tokoh pertama yang dipilih.
Diskusi dilangsungkan di Cafe Sonia, diawali, disisipi, dan diakhiri dengan
membacakan puisi-puisi karya Jokpin. Lalu, tokoh kedua yang diulas ialah Kahlil
Gibran. Bertempat di Magepanda, Minggu (28/02/2016), seluruh anggota Komunitas
#KAHE (Sastra Nian Tana) bertolak menuju kediaman Hengky Ola Sura (Magepanda:
sebelah utara Kota Maumere). Selain mendiskusikan Gibran, Komunitas #KAHE
(Sastra Nian Tana) juga mengapresiasi ‘Catatan Kenangan’ (2015), buku antologi
puisi karya Hengky. Puisi-puisi Hengky dibacakan di sela-sela diskusi. 
Selain
diskusi sastra di antara anggota, Radio Sonia FM juga memberikan kesempatan
kepada Komunitas #KAHE (Sastra Nian Tana) untuk mengisi sesi Sastra dan Budaya
setiap Rabu malam. Berawal dari syering pengalaman menulis kreatif bersama
Dicky Senda (cerpenis NTT), Komunitas #KAHE (Sastra Nian Tana) selalu konsisten
tampil di Sonia. Tokoh-tokoh sastra yang telah didiskusikan, kembali disiarkan
pada kesempatan itu. Selain itu, Budaya dan Sastra Lokal juga mulai dihidupi. Untuk
sementara, inilah kiranya sumbangan Komunitas #KAHE (Sastra Nian Tana) teruntuk
Nian Tana Sikka.
Masa Muda adalah Masa Kreatif untuk Membawa
Perubahan
            Saya suka mengutip Karl Marx, bahwasannya,
sebagaimana filsafat, sastra atau komunitas sastra (ini tambahan saya) mestilah
revolusioner, sebab jika tidak, itu sama halnya dengan menimbun kebohongan. Nama
positif lain dari revolusioner ialah membawa perubahan ke arah yang lebih baik.
Komunitas #KAHE (Sastra Nian Tana) telah menyatakan itu, dengan tidak nyaman
dalam menara gadingnya sendiri. Pada 14 Februari 2016, #KAHE diundang untuk
ikut serta dalam Acara Valentine Bersama di Cafe Sonia. Pelbagai komunitas seni
diundang dan #KAHE ikut ambil bagian lalu mulai dikenal luas. Lalu, pada 21
Februari 2016, #KAHE juga diundang untuk berpartisipasi memperingati Hari
Sampah Nasional. Di bawah koordinasi Gerakan Pemuda Peduli Sampah-Maumere,
#KAHE dan komunitas-komunitas lain terlibat dalam pembersihan pantai
Wairhubing. Dan informasi terakhir, #KAHE turut diundang untuk ikut serta dalam
KESAL (Kupang pEStA monoLog) yang diselenggarakan oleh sebuah komunitas di
Kupang, pada pertengahan Maret mendatang. 
            Pertanyaan penting di bagian akhir
ini, apa itu masa muda dan mau diisi dengan apa masa muda itu? Sudah saatnya
aneka omong kosong yang selama ini dibuat mesti dihentikan. Sikka punya orang-orang
muda yang kreatif, yang tekun, yang gigih, yang mempunyai cara mencintai yang
khas. Sejauh ini, dalam rilis terakhir, para anggota yang tergabung dalam
Komunitas #KAHE (Sastra Nian Tana) di antaranya imam/pastor, aktivis lingkungan
hidup, kaum peduli sampah, pakar hukum di PHB NUSRA, guru, crew Radio Sonia FM, editor video, fotografer, traveller, jurnalis, wartawan, dan sejumlah mahasiswa pionir dari
STFK Ledalero. Besar harapan #KAHE, akan semakin banyak anggota yang bergabung,
yakni dari kalangan bidan, perawat, dokter, dosen, teman-teman mahasiswi/a dari
kampus lain, sopir, konjak, tukang ojek, teman-teman difabel, maupun para ODHA
dan narapidana sekalipun. Komunitas #KAHE (Sastra Nian Tana) akan selalu
terbuka lebar, karena #KAHE adalah dari, oleh, dan untuk Nian Tana Sikka.
Bravo...! KAHE.....!***
________________________
*Pernah dimuat dalam salah satu edisi Pos Kupang Minggu, sebagaimana ditampilkan dalam gambar di atas.
-Er El Em
 
  









