Minggu, 11 Desember 2016

'Segala Detikmu'








SEGALA DETIKMU


Aku mencintaimu dengan segala detikmu
Laksana serpihan kaca yang pantulkan aura senja
Kadang keheningan membantuku bermimpi
Tentang desiran angin yang menyapu begitu menggoda
Mencintaimu adalah anugerah
Seindah cawan bening yang hiasi lemari kayu
Jauh di lorong jiwa ini
Terukir peluhmu
Terpahat betapa aku tak kuasa berpisah darimu


13 Januari 2013, Kuwu-Ruteng
 
 
______________________________________________________________________________
 
 
"Ada puisi bernama Perempuan, ada Bulu Mata, Alis Mata, Mata Ayah, Mata Ibu, Mata Wae. Tampaknya, Er El Em terpesona benar oleh mata, organ yang penuh rahasia, jendela jiwa yang bisa berbinar bisa pula redup, tetapi sekaligus menyimpan rapat-rapat rahasia dirinya." 


"Semisal dalam puisi 'Sibuk Mencari', Er El Em membenturkan religiositas dengan jemuran kena hujan yang lupa diangkat. Sederhananya, puisi Er El Em adalah sesuatu yang sangat cair hingga bisa mengarah ke mana saja, ke siapa saja, termasuk Anda." 



 

"adventus -3-"


untuk: eReLeM



segala detikMu
turun laksana hujan
menciumi candi
menyentuh hati

di pelataran jiwa tersisa sebaris tanya:
"Engkaukah itu? atau, adakah yg lain yg harus kami nanti?"

segala detikMu menjadi Sabda:
yg buta melihat
yg lumpuh berjalan
yg bisu berbicara
yg tuli mendengar ...
dan kau sendiri?

di situ kadang aku merasa sedih
aku belum mengerti, Tuhan,
aku rupanya belum punya apa-apa
untuk kedatanganMu


Sanpio × 11/12, 2016; 17.14 am. Selalu.




Oleh: Edo Sateng
Lihat: https://www.facebook.com/edo.sateng/posts/740478859438468?comment_id=740492582770429&ref=notif&notif_t=mentions_comment&notif_id=1481449740554731